Novemberain
“Pengang tangan gue aja kalo lo gemeteran.”
Asha menawarkan tangan kanannya ke hadapan Zoey. Memang ia tidak tau apa yang terjadi di masa lalu, yang membuat perempuan ini begitu gemetar berada di tengah festival. Tapi yang Asha tau, sekarang ia harus berusaha membuat Zoey setenang mungkin bersamanya.
Yang ditawari hanya membalasnya dengan tatapan dingin. “Gausah, makasih.”
Zoey lebih memilih memegang erat ujung leather jacket yang dikenakan Asha daripada tangannya.
“Lucu,” ucap Asha pelan dengan sudut bibir terangkat melihat kelakuan Zoey sekarang ini.
“Apa? Lo bilang apa? Gue lucu?”
“Enggak,” jawab Asha dingin, berlagak tidak melakukannya. “Gue bilang lo orang aneh, dikasih tangan malah milih jaket.”
“Iyalah, soalnya tangan lo bau,” balas Zoey dengan diiringi tawa.
Sejujurnya tanpa diberi tangan atau pun ujung jaket, Zoey telah merasa aman hanya dengan berada di dekat Asha. Walau pun gemetar ia tetap mampu menikmati pentas musik yang ada di atas panggung Teufest.
“Pulang yuk, Sha.” Bisik Zoey tepat di telinga Asha.
“Sekarang?”
Zoey hanya mengangguk. Ia juga mulai merapikan jaketnya, mengajak Asha untuk segera meninggalkan kerumunan.
Namun belum sempat melangkah, pergelangan tangan Zoey diraih pelan oleh Asha, membuat dirinya dengan reflek menoleh, dan detik selanjutnya mata Zoey bertemu dengan tatapan Asha.
“Kenapa?”
“Nanggung udah sampe sini masa ga nonton Ardhito.”
“Kalo nungguin Ardhito bakal pulang tengah malem jadiny-”
Zoey menghentikan ucapannya karena orang-orang di sana mulai berteriakan. Meneriakkan nama guest star yang kini mulai naik ke atas panggung, Ardhito Pramono.
Tak lama setelahnya lantunan musik membawa sang penyanyi menyanyikan lagunya yang berjudul I just couldn't save you tonight.
“Yaudah satu lagu aja ya.”
“Zoey?” deham Asha pelan.
“Hm?”
Asha merundukkan kepalanya perlahan, berusaha mendapati tatapan perempuan yang saat ini berdiri di depannya.
Falling in love is a new world for me Do you wanna be my company? From thousands of miles you will like gettin' here No need no anniversary
Di bawah langit malam ditemani suara Ardhito yang membawakan sebuah lagu romansa, Asha memantapkan hatinya mengatakan apa yang selama ini ia pendam.
“Anu... gue mau confess.” Asha menggaruk telungkuknya dengan kikuk. “Sebenernya gue nyaman setiap bareng lo, Zoey.”
Sebenarnya juga Asha tidak berharap banyak, terserah kalimatnya akan ditanggapi atau tidak, malah kalau bisa dilupakan saja.
“Jangan, Sha.” Zoey perlahan melepas genggaman tangan Asha. “Jangan berharap banyak sama gue.”
Asha tertegun sejenak, badannya menegang seketika, confess-nya ditolak mentah-mentah tepat di lirik terakhir lagu yang dibawakan Ardhito.
I just couldn't save you tonight
Sempat ada hening beberapa detik di antara keduanya, hingga jutaan air hujan mulai turun ke bumi secara perlahan.
“Sha, hujan!” Zoey memutar tubuhnya dan mulai melangkah meninggalkan tengah ke ramaian.
Namun, ia dibuat kembali lagi karena sadar dengan Asha masih mematung.
“Heh, ayo!”
Kini giliran Zoey yang menggengam pergelangan Asha, menariknya untuk segera menepi mencari tempat berteduh.
Setidaknya malam ini berkat Asha, salah satu dari harapan Zoey sudah terpenuhi. Bagaikan mimpi baginya bisa datang lagi ke sebuah festival setelah terjadinya peristiwa yang membuatnya menyesal di beberapa tahun terakhir.
Malam itu adik tersayangnya sedang mengalami masa kritis saat ia tengah bahagia berada di festival. Dan keramaian festival juga telah menjadi latar Zoey mendengar sebuah kabar duka yang tak pernah sekali pun ia bayangkan, Noey telah meninggalkannya untuk selamanya.