A Beautiful Sunset


Matahari semakin merosotkan dirinya ke ujung barat bumi. Semburat jingganya pun mulai mewarnai langit sore ini. Dan pantai kala senja pasti lebih ramai dibanding biasanya.

Di antara keramaian itu, ada Wendy tampak asik sendiri bermain-main dengan deburan ombak yang menabrak kakinya. Sesekali angin yang berhembus membelai rambutnya lembut menghadirkan seutas senyum dibibir tipis perempuan itu. Cantik, hanya satu kata itu yang bisa diucapkan Jupiter saat melihatnya.

Dengan rambut yang diterpa angin, Jupiter berjalan santai menghampiri Wendy.

“Oh lo udah balik?” tanya Wendy menyambut kedatangan laki-laki itu.

“Iya lah ntar kalo lama lo kangen gue.”

“Apaan sih mulai deh,” Wendy memutar matanya.

Tanpa mengucap satu kata pun Jupiter tiba-tiba memakaikan jaketnya di pundak Wendy. Hingga membuat badan kecil perempuan itu tenggelam dalam jaketnya.

“Kenapa lo kasih jaket ke gue?”

“Anginnya udah mulai dingin, pake aja.”

“Heh, bayi yang lebih gampang masuk anginnya, lo aja yang pake.”

Wendy berusaha melepaskan jaket itu, tapi dibuat berhenti karena tangannya digenggam oleh Jupiter.

“Stop perlakuin gue kayak bayi,” ucap Jupiter tegas. “Lagian baju lo tipis, udah pake aja.”

Jupiter yang menatap lekat mata Wendy dengan jarak dekat ini sukses membuat semburat merah merekah di pipi perempuan yang saat ini di hadapannya.

Menyadari wajahnya mulai memerah,  Wendy pun segera mengalihkan pandangan dan juga pembicaraan. “T-titipan gue tadi mana?”

“Nih.” Jupiter menyerahkan sebuah kantong plastik yang berada di tangannya.

Wendy pun langsung meraih dan membukanya. Namun, wajah perempuan itu kehilangan cerah seketika karena melihat isi kantong yang tidak sesuai ekspetasinya, hanya berisi satu minuman saja.

“Kok cuma satu, Jup?”

“Punya gue udah habis di jalan tadi.”

“Oh.”

“Kenapa? Lo kira gue beli cuma satu biar romatis bisa berbagi sedotan sama lo gitu?” ejek Jupiter.

“Mana ada?” Wendy mendengus kesal dan beranjak pergi meninggalkan Jupiter.

Yang ditinggal hanya tertawa sambil mengikuti Wendy dari belakang layaknya anak anjing yang mengikuti tuannya.

Hingga langkah kaki mereka membawa keduanya menjauh dari bibir pantai. Dan kini keduanya duduk beralaskan sebuah tikar berpayung. Mata keduanya pun sama-sama menikmati matahari yang mulai menenggelamkan diri.

“Kak?”

“Hm?”

“Fokus banget sih lo lihatin mataharinya, sampe ga ngelihat gue sama sekali.”

“Cemburu kok sama matahari sih, Jup,” sinis Wendy.

“Kenapa sih lo dari tadi ga ngelihatin gue?”

Sejujurnya Wendy juga ingin sekali menatap Jupiter dalam-dalam sebagai tanda syukur bisa menghabiskan sore ini bersamanya. Tetapi, hari ini laki-laki yang bersamanya ini terlampau ganteng sampai jantung Wendy rasanya ingin meledak tiap kali melihat ke arah Jupiter. Ia juga sedang berusaha keras menyembunyikannya agar tidak melakukan hal kelewat batas.

“Jadi lo mau gue lihatin?”

Pertanyaan retoris dari Wendy hanya disambut anggukan oleh Jupiter.

“Coba deh lo tutup mata, biar gue lebih enak ngelihatinnya.”

“Oke.” Jupiter langsung menurutinya, dengan cepat ia menutup mata.

BUSET GANTENG BANGET,  teriak Wendy di dalam hatinya.

Jantung perempuan itu langsung berdebar bagai ada konser di dalamnya. Tapi, tiba-tiba ada yang membuatnya bingung.

“Kenapa muka lo tiba-tiba merah, Jup?”

”... Kalo gue tutup mata gini, apa lo bakal cium gue diem-diem, Kak?” celetuk Jupiter membuat Wendy membulatkan matanya. “Kayak adegan di film romance gitu.”

Sontak tanpa pikir panjang Wendy langsung mendorong tubuh Jupiter sampai terhempas ke pasir.

“Gajelas lo anjir!”

“Cie mukanya merah,” goda Jupiter dengan tawa mengejek.

“Jauh-jauh sono lo!”

“Muka lo jadi kayak apel deh, Kak.”

“Diem!!!”

“Wahh Kak! Ada orang terbang tuh,” ucap Jupiter yang melihat ke atas.

“Mana?” Wendy mengikuti arah pandang Jupiter.

“Ini!” Jupiter mengecup pipi Wendy tanpa aba-aba. “Gue nyaman tiap bareng lo, Kak.”

Wendy membeku, tak merespon apa pun. Matanya hanya terpaku dengan matahari yang tinggal separuh di atas permukaan air laut. Tapi, jantungnya sudah berlompatan kesana kemari dan jiwanya juga telah terbang meninggalkan bumi.

Semesta telah mempertemukan dua orang yang saling mengagumi. Sebenarnya dunia tidak terlalu jahat kan?